Minggu, 21 April 2013


Sesuatu itu Datang Ketika Aku Dewasa
                Kini Safa sudah duduk dibangku SMP kelas 3, perasaannya sangat senang ia sudah hampir lulus. Ujian Nasional pun berlalu, “Alhamdulilla terima kasih Ya Alloh, Ujian sudah terlewati”, gadis itu terdiam didepan kelasnua sambil melihat pohon yang rindang kedepan kelasnya. Dari arah belakang temannya yang bernama Rida “Hey Fa, belum pulang ?” laki-laki itu duduk dipinggir gadis itu, “belum, kamu sendiri kenapa belum pulang ?” dia menoleh ke muka laki-laki dihadapannya sambil tersenyum “iya, gak apa apa, oh ya ngomong-ngomong ntar lulus dari sini mau lanjutin kemana ?” tanya Rida, Safa menjawab dengan muka lesu “entahlah, aku berharap bisa berada di negri lima menara itu” Safa berdiri lalu mendekatkan diri pada pohon.
                Rida menghampirinya lalu berkata “keinginanmu untuk menggali ilmu agama sangat kuat ya, aku salut padamu Fa, tapi kenapa kamu tidak masuk SMA atau SMK, padahal kamu pintar Fa ?” Safa melirik ke arah wajah Rida “ya perkataanmu sama seperti perkataan kedua orang tuaku Da, kamu sendiri bagaimana ?” Rida menjawab dengan senyum tipis “aku pindah ke Cirebon, ayah ibuku juga pindah kesana, jadi kemungkinan aku sekolah disana”, “jadi kita tidak akan bertemu lagi ?”, “tidak Safa aku akan memberikan kabar kepadamu” jawab Rida sambil menepuk nepuk bahu Safa, Safa hanya terseyum tipis. Mereka pun keluar dari gedung yang berwarna hijau tua dan muda itu.
                Sesampai dirumah Safa langsung menuju kamarnya, tiba-tiba ia duduk dilantai dan bersandar ditembook sambil memeluk lulutnya. Ia masih memikirkan apa yang terjadi tadi disekolah. Ia bergegas berganti pakaian dengan baju gamis berwarna merah muda. Ia nampak cantik sekali dan anggun.
                Ia menghampiri ibunya yang sedang sibuk merajut. Dengan lembut ia berkata “Ibu, Safa mau bicara ?” sambil tersenyum, lalu ibunya melirik Safa dan menjawab “ya ada apa sayang ? bagaimana ujian terakhirnya, lancar ?” lalu Safa menjawab “Alhamdulillah lancar Bu. Ibu setelah Safa lulus dari SMP boleh tidak kalau Safa meneruskan ke pesantren ?” ibu Safa tiba-tiba berhenti merajut dan menatap anak gadisnya yang cantik sambil mengusap-usap kepala Safa, ibunya menjawab “maafkan ibu nak, tapi bapakmu menginginkanmu untuk masuk SMK” Safa menjawab “Baiklah bu” sambil tersenyum, “semoga kamu bisa menerima keputusan bapakmu”, “iya bu Safa mengerti”
                Pembagian hasil ujian tiba, pada hari itu ia pergi kesekolah. Ibu guru mengumumkan semua siswa siswi lulus. Serempak semua berkata “Alhamdulillah” dan mereka berpelukan. Dan ibu guru berkata kembali “dan ada kabar baiknya juga, nilai ujian nasional tertinggi ada di kelas kita” sambil tersenyum “oh ya ? siapa bu ?” Rida bertanya dengan wajah penasaran “dia adalah Safa, selamat yah Safa kamu mendapatkan nilai yang hampir mendekati sempura yaitu 39,40” serempak semua melihat Safa lalu mengucapkan selamat dan berjabat tangan. “selamat yah Safa” Rida berkata “terima kasih Rida” Safa tersenyum manis “aku hari ini pergi ke Cirebon” “oh ya ? jadi ini pertemuan terakhir kita ?” “mungkin untuk saat ini iya, tapi aku janji aku akan memberikan kabar padamu, Safa aku akan merindukanmu” Rida tersenyum seperti tidak mau jauh dari Safa “semoga kamu baik-baik saja yah disana”, “ia, kamu juga yah baik-baik disini, jangan nakal aku mau ketika kita bertemu kamu masih tetap menjadi Safa, Safa temanku” dan mereka saling menatap. Safa pulang dengan wajah gembira namun sedikit sedih, ia sudah tidak sabar untuk memberitahukan kabar baik ini kepada kedua orang tuanya. “ibu bapa aku lulus ujian, nilai ujianku memuaskan” Safa pun memeluk ibunya “oh ya sayang ? alhamdulillah, selamat yah sayang” ibu Safa mencium kening gadis itu, “Safa masuk SMK yah ?” bapa mulai berbicara dengan tangan masih memegang kertas hasil ujian Safa, Safa mnejawab “baik bapa” Safa tersenyum, namun dibalik senyumnya ia menyembunyikan sebuah rahasia, sebuah keinginan, keinginan besar ia untuk berada di Negri Lima Menara.
                Hari-hari berlalu, pendaftaran masuk ke SMK dibuka, Safa didaftarkan ke sebuah SMK yang ternama di Kota itu. Safa menjalani berbagai test, test pertamanya adalah test kesehatan dan test psikotes, ia ditemani oleh bapaknya. Setelah beberapa hari hasil dari test dibagikan, dan Safa lulus dalam test tersebut. Setelah test itu ia harus mengikuti test akademik. Sebelum test Safa belajar dengan sungguh-sungguh ia tidak mau mengecewakan kedua orang tuanya, terutama bapaknya. Waktu test akademik pun tiba. Saat test akademik Safa mencoba pergi ke sekolah itu sendiriian, karena bapaknya sedang pergi keluar kota. Waktu test berakhir, tiba-tiba saja Safa mendapat telepon dari ibunya lalu Safa menjawabnya “ya Waalaikum salam, ada apa bu, kenapa ibu menangis ?” lalu dari balik telepon itu berkata “nak, bapamu nak” “bapa kenapa bu ?” Safa mulai khawatir “cepat pulang nak”. Tanpa pikir panjang setelah telpon ditutup Safa langsung bergegas pulang kerumah, sepanjang jalan pulang pikirannya tak karuan, ia ingin cepat-cepat sampai rumah.
Setiba dirumah ia melihat bendera kuning, dan mobil jenazah. Ia langsung berlari dan ketika ia memasuki ruang tengah ia melihat seorang lelaki sebaruh baya terbaring kaku di ruangan itu, dengan iringi oleh do’a-do’a dan terdengar suara ibunya menangis, Safa langsung berlari mendekati ibunya, lalu berkata “ibu bapak kenapa bu, ibu bapa kenapa bu ?” kini air mata Safa sudah tidak bisa ditampung, pecah sudah, air mata membasahi pipinya, lalu ibu menjawab “bapamu kecelakaan saat pulang menuju rumah, nak” sambil menangis, Safa pu  memeluk ibunya erat, lalu Safa memeluk bapaknya yang hanya berbaring kaku dan tak berdetak itu, Safa mencium pipi bapaknya dan berkata “bapak, ini Safa, maafkan Safa pak, Safa ikhlas, bapa tenang di sana, Safa akan jaga ibu, Safa berjanji keinginan bapa supaya Safa menjadi seorang design jaringan akan Safa wujudkan, Safa janji, Safa sayang bapa, Safa untuk bapa dan bapa untuk Safa, Safa untuk ibu, ibu untuk Safa, ibu bapa untuk Safa, dan Safa untuk ibu bapa, Safa berjanji tidak akan mengecewakan bapa” tak henti Safa menangis dan memeluk bapaknya, lalu mencium pipih bapanya yang sudah dingin itu. Pemakaman berlangsung.
*seminggu kemudian*
Pemberitahuan siswa masuk SMK tiba, Safa pergi kesekolah SMK itu ditemani oleh ibunya. Senang bukan main ketika Safa melihat namanya terpampang jelas di papan pengumuman itu, Safa memeluk ibunya “selamat ya nak, ibu bangga padamu, kau anak yang pintar”
Sekolah pertamanya di SMK dimulai, ia langsung mempunyai banyak teman, Safa memang anak yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Seminggu, sebulan, setahun, kenaikan kelas tiba, Safa naik kelas 11, ia juara pertama dikelasnya. Setelah pulang dari pembagian rapot ia dan ibunya langsung pergi kemakam bapaknya, setiba disana ia memeluk batu nisan yang tertuliskan nama bapaknya dan mnecium ujung batu nisan itu dan berkata “bapa, hari ini pembagian rapotku, bapa Safa naik ke 11, do’akan Safa pak, Safa yakin Safa bisa, Safa yakin Safa akan menjadi seorang design jaringan kelak, seandainya bapa ada disamping Safa sekarang mungkin bapa akan memeluk hangat Safa, seperti yang bapak lakukan saat Safa mendapat hasil ujian nasional Safa” tak terasa air mata mengalir. Ibu Safa mengajak pulang gadis cantik itu.
*dua tahun kemudian*
                Kelas 11 terlewati dan kini Safa sudah dibangku kelas 12 dan seminggu lagi menjelang ujian nasional SMK. Sebelum ujian tiba seperti biasa Safa mengunjungi makan bapaknya, ia selalu meminta do’a kepada bapaknya, Safa selalu mendapatkan semangat dari ibunya. Ujian nasional tiba, saat akan ujian dimulai Safa teringat pada kata-kata bapaknya dulu “Safa ntar masuk SMK yah ?” dan kini ia sudah duduk di bangku kelas 12 SMK, ia berkata “bapa Safa bisa, Safa akan menghadapi ujian nasional, Safa yakin bapa ada dipinggir Safa”
                4 hari ujian nasinalpun berlalu, tingga menunggu hasilnya saja. Akhir-akhir ini setelah ujian selesai Safa lebih banyak menghabiskan waktu bersama ibunya dirumah. Dan pada suatu hari telepon rumah berdering “kkkrriiinngggg”, Safa mengangkat telepon itu dan menjawab “hallo ?”, “hallo apakah ini dengan Siti Safa ?” Safa menjawab dengan sedikit gugup “iya, iya dengan saya sendiri, maaf ini dengan siapa ?” ibu Safa menghampiri Safa dan memperhatikan Safa yang sedang berbicara dengan telepon, dan seketika Safa tersenyum manis dan bahagia, segera-segara ia menutup telepon itu dan ibu Safa bertanya “siapa sayang ?” “ibu ibu ibu” Safa memeluk ibunya “ada apa, nak ?”, “ibu aku diterima di sebuah perusahaan ternama di Jawa Barat untuk mendesign jaringan diperusahaan itu, ibu aku senang sekali” Safa tak bisa menahan rasa senang itu “oh ya ? Alhamdulliah Ya Alloh, terima kasih, selamat ya nak, kamu telah diterima, kamu bisa membuktikan pada alm.bapa kalau kamu bisa, kamu mampu, ibu percaya padamu nak, ibu bangga mempunyai anak sepertimu” ibu Safa mencium kening Safa. Pada sore harinya Safa pergi kemakam bapaknya, ia terduduk disamping makam alm.bapaknya dan berkata “bapa ini Safa, bapa Safa rindu bapa, bapa Safa sudah ujian nasional, bapa Safa diterima disebuah perusahaan untuk mendesign jaringa, bapa Safa bisa, bapa Safa harap bapa bisa melihat Safa, mendengar Safa, Safa sangat bahagia seandainya disini ada bapa” dari wajah yang berseri-seri tiba-tiba muncul setetes dua tetes air mata dari bola mata gadis itu, sambil terus memeluk batu nisan itu ia mencium ujunga batu nisan itu
*beberapa bulan kemudian*
                Safa senang dengan pekerjaannya, menjadi design jaringan, mungkin awalnya bukan cita-citanya tapi lihatlah, sekarang ia sukses, ia bukan hanya mendesign dalam satu gedung namun beberapa gedung ternama. Pembagian nilai ujian pun tiba, ia mendapatkan surat kelulusannya, ia berniat akan membukanya bersama dirumah dengan ibunya. Ketika tiba dirumah Safa langsung menghampiri ibunya dan berkata “ibu-ibu ini surat kelulusan Safa, belum Safa buka, buka yu Bu” sambil tersenyum, amplop surat terbuka sedikit demi sedikit dan ibu membaca isi surat itu “Safa kamu lulus nak, nilai ujianmu sangat bagus” Safa terkejut dan langsung memeluk ibunya, tanpa ia sadar ia berkata “bapa Safa lulus, bapa terima kasih, bapa Safa rindu bapa saat 3 tahun yang lalu saat yang sama pembagian surat kelulusan” ibu Safa menangis terharu dan menangis senang, berkata dalam hati “terima kasih Ya Alloh, kaku telah memberikan anak yang baik pintar, sholehah, kepada kami, mudahkanlah jalannya”
                Setelah kekelusan, ia bekerja sambil melanjutkan ke perguruan tinggi jurusan Design Jaringan. Ia lulus dari perguruan tingginya. Dan ia memtuskan untuk meneruskan pekerjaannya sebagai seorang design jaringan. Bahkan ia sudah dikenal di negara-negara tetangga. Hingga pada suatu hari ia ditugaskan untuk keluar kota, sebelum ia pergi seperti biasa ia ziarah kemakam bapaknya, dan meminta do’a restu kepada ibunya. Perjalanan cukup lama. Disana ia akan bergabung dengan berbagai ahli dalam dunia teknik jaringan. Dan saat ia sampai ia melihat teman lamanya yaitu Rida, ya, teman satu SMP nya, teman dekatnya. Saat bertemu mereka langsung saling menatap, Rida berkata “Safa ? Subhanalloh kau cantik sekali” Safa menjawab “Rida, loh kamu disini juga ?” “iya Fa, Ya Alloh bisa bertemu lagi” mereka berbincang-bincang, mereka mengenang masa-masa mereka saat dulu mereka SMP. Mereka semakin dekat, setiap hari mereka selalu bertemu, berbagi cerita pengalaman mereka masing-masing. Hingga pada saat waktu Tuhan catatkan mereka diridhoi oleh Tuhan untuk hidup bersama. Ibu Safa, Safa dan Rida berziarah kemakan bapak Safa, Safa berkata “bapa ini Safa, bapa Safa rindu bapa, bapa lihatlah Safa, Safa bersama seorang lelaki yang sudah Tuhan takdirkan untuk menjaga Safa, Safa bahagia, Safa yakin bapa bahagia disana, bapa jangan khawatirkan ibu, Safa akan mnejaga ibu, seperti janji Safa dulu, Safa sayang bapa, Safa untuk bapa dan bapa untuk Safa, Safa untuk ibu, ibu untuk Safa, ibu bapa untuk Safa, dan Safa untuk ibu bapa”

                Sesungguhnya rencana Tuhan lebih indah dari apa yang kita inginkan, mungkin jika aku
                Pergi ke Negri Lima menara itu, aku tidak akan membahagiakan orang tuaku, terutama
                Bapakku, walaupun beliau sudah tiada. Membuat orang-orang disekitar kita tersenyum
                adalah hal yang sangat indah dan tersenyum dihadapan orang-orang yang kita sayangi
                itu pun adalah hal yang indah. Jangan berhenti untuk berusaha yakin pada diri kita
                sendiri bahwa kita bisa, kita mampu. Dan cinta tidak akan pergi jauh selagi kita
                bernafas cinta akan terus ada, Bandung, 28 Desember 1876, Siti Safa dan Muhammad Rida”



1 komentar:

Alfi Gusman mengatakan...

kata terakhirnya bagus .. (y)

Posting Komentar