Sesuatu itu Datang
Ketika Aku Dewasa
Kini
Safa sudah duduk dibangku SMP kelas 3, perasaannya sangat senang ia sudah
hampir lulus. Ujian Nasional pun berlalu, “Alhamdulilla terima kasih Ya Alloh,
Ujian sudah terlewati”, gadis itu terdiam didepan kelasnua sambil melihat pohon
yang rindang kedepan kelasnya. Dari arah belakang temannya yang bernama Rida
“Hey Fa, belum pulang ?” laki-laki itu duduk dipinggir gadis itu, “belum, kamu
sendiri kenapa belum pulang ?” dia menoleh ke muka laki-laki dihadapannya
sambil tersenyum “iya, gak apa apa, oh ya ngomong-ngomong ntar lulus dari sini
mau lanjutin kemana ?” tanya Rida, Safa menjawab dengan muka lesu “entahlah,
aku berharap bisa berada di negri lima menara itu” Safa berdiri lalu
mendekatkan diri pada pohon.
Rida
menghampirinya lalu berkata “keinginanmu untuk menggali ilmu agama sangat kuat
ya, aku salut padamu Fa, tapi kenapa kamu tidak masuk SMA atau SMK, padahal
kamu pintar Fa ?” Safa melirik ke arah wajah Rida “ya perkataanmu sama seperti
perkataan kedua orang tuaku Da, kamu sendiri bagaimana ?” Rida menjawab dengan
senyum tipis “aku pindah ke Cirebon, ayah ibuku juga pindah kesana, jadi
kemungkinan aku sekolah disana”, “jadi kita tidak akan bertemu lagi ?”, “tidak
Safa aku akan memberikan kabar kepadamu” jawab Rida sambil menepuk nepuk bahu
Safa, Safa hanya terseyum tipis. Mereka pun keluar dari gedung yang berwarna
hijau tua dan muda itu.
Sesampai
dirumah Safa langsung menuju kamarnya, tiba-tiba ia duduk dilantai dan
bersandar ditembook sambil memeluk lulutnya. Ia masih memikirkan apa yang
terjadi tadi disekolah. Ia bergegas berganti pakaian dengan baju gamis berwarna
merah muda. Ia nampak cantik sekali dan anggun.
Ia
menghampiri ibunya yang sedang sibuk merajut. Dengan lembut ia berkata “Ibu,
Safa mau bicara ?” sambil tersenyum, lalu ibunya melirik Safa dan menjawab “ya
ada apa sayang ? bagaimana ujian terakhirnya, lancar ?” lalu Safa menjawab
“Alhamdulillah lancar Bu. Ibu setelah Safa lulus dari SMP boleh tidak kalau
Safa meneruskan ke pesantren ?” ibu Safa tiba-tiba berhenti merajut dan menatap
anak gadisnya yang cantik sambil mengusap-usap kepala Safa, ibunya menjawab
“maafkan ibu nak, tapi bapakmu menginginkanmu untuk masuk SMK” Safa menjawab “Baiklah
bu” sambil tersenyum, “semoga kamu bisa menerima keputusan bapakmu”, “iya bu
Safa mengerti”
Pembagian
hasil ujian tiba, pada hari itu ia pergi kesekolah. Ibu guru mengumumkan semua
siswa siswi lulus. Serempak semua berkata “Alhamdulillah” dan mereka
berpelukan. Dan ibu guru berkata kembali “dan ada kabar baiknya juga, nilai
ujian nasional tertinggi ada di kelas kita” sambil tersenyum “oh ya ? siapa bu
?” Rida bertanya dengan wajah penasaran “dia adalah Safa, selamat yah Safa kamu
mendapatkan nilai yang hampir mendekati sempura yaitu 39,40” serempak semua
melihat Safa lalu mengucapkan selamat dan berjabat tangan. “selamat yah Safa”
Rida berkata “terima kasih Rida” Safa tersenyum manis “aku hari ini pergi ke
Cirebon” “oh ya ? jadi ini pertemuan terakhir kita ?” “mungkin untuk saat ini
iya, tapi aku janji aku akan memberikan kabar padamu, Safa aku akan
merindukanmu” Rida tersenyum seperti tidak mau jauh dari Safa “semoga kamu
baik-baik saja yah disana”, “ia, kamu juga yah baik-baik disini, jangan nakal
aku mau ketika kita bertemu kamu masih tetap menjadi Safa, Safa temanku” dan
mereka saling menatap. Safa pulang dengan wajah gembira namun sedikit sedih, ia
sudah tidak sabar untuk memberitahukan kabar baik ini kepada kedua orang
tuanya. “ibu bapa aku lulus ujian, nilai ujianku memuaskan” Safa pun memeluk
ibunya “oh ya sayang ? alhamdulillah, selamat yah sayang” ibu Safa mencium
kening gadis itu, “Safa masuk SMK yah ?” bapa mulai berbicara dengan tangan
masih memegang kertas hasil ujian Safa, Safa mnejawab “baik bapa” Safa
tersenyum, namun dibalik senyumnya ia menyembunyikan sebuah rahasia, sebuah
keinginan, keinginan besar ia untuk berada di Negri Lima Menara.
Hari-hari
berlalu, pendaftaran masuk ke SMK dibuka, Safa didaftarkan ke sebuah SMK yang
ternama di Kota itu. Safa menjalani berbagai test, test pertamanya adalah test
kesehatan dan test psikotes, ia ditemani oleh bapaknya. Setelah beberapa hari
hasil dari test dibagikan, dan Safa lulus dalam test tersebut. Setelah test itu
ia harus mengikuti test akademik. Sebelum test Safa belajar dengan
sungguh-sungguh ia tidak mau mengecewakan kedua orang tuanya, terutama
bapaknya. Waktu test akademik pun tiba. Saat test akademik Safa mencoba pergi
ke sekolah itu sendiriian, karena bapaknya sedang pergi keluar kota. Waktu test
berakhir, tiba-tiba saja Safa mendapat telepon dari ibunya lalu Safa
menjawabnya “ya Waalaikum salam, ada apa bu, kenapa ibu menangis ?” lalu dari
balik telepon itu berkata “nak, bapamu nak” “bapa kenapa bu ?” Safa mulai
khawatir “cepat pulang nak”. Tanpa pikir panjang setelah telpon ditutup Safa
langsung bergegas pulang kerumah, sepanjang jalan pulang pikirannya tak karuan,
ia ingin cepat-cepat sampai rumah.
Setiba dirumah ia melihat bendera
kuning, dan mobil jenazah. Ia langsung berlari dan ketika ia memasuki ruang
tengah ia melihat seorang lelaki sebaruh baya terbaring kaku di ruangan itu,
dengan iringi oleh do’a-do’a dan terdengar suara ibunya menangis, Safa langsung
berlari mendekati ibunya, lalu berkata “ibu bapak kenapa bu, ibu bapa kenapa bu
?” kini air mata Safa sudah tidak bisa ditampung, pecah sudah, air mata
membasahi pipinya, lalu ibu menjawab “bapamu kecelakaan saat pulang menuju
rumah, nak” sambil menangis, Safa pu
memeluk ibunya erat, lalu Safa memeluk bapaknya yang hanya berbaring
kaku dan tak berdetak itu, Safa mencium pipi bapaknya dan berkata “bapak, ini
Safa, maafkan Safa pak, Safa ikhlas, bapa tenang di sana, Safa akan jaga ibu,
Safa berjanji keinginan bapa supaya Safa menjadi seorang design jaringan akan
Safa wujudkan, Safa janji, Safa sayang bapa, Safa untuk bapa dan bapa untuk
Safa, Safa untuk ibu, ibu untuk Safa, ibu bapa untuk Safa, dan Safa untuk ibu
bapa, Safa berjanji tidak akan mengecewakan bapa” tak henti Safa menangis dan
memeluk bapaknya, lalu mencium pipih bapanya yang sudah dingin itu. Pemakaman
berlangsung.
*seminggu
kemudian*
Pemberitahuan siswa masuk SMK
tiba, Safa pergi kesekolah SMK itu ditemani oleh ibunya. Senang bukan main
ketika Safa melihat namanya terpampang jelas di papan pengumuman itu, Safa
memeluk ibunya “selamat ya nak, ibu bangga padamu, kau anak yang pintar”
Sekolah pertamanya di SMK dimulai,
ia langsung mempunyai banyak teman, Safa memang anak yang mudah menyesuaikan
diri dengan lingkungan barunya. Seminggu, sebulan, setahun, kenaikan kelas tiba,
Safa naik kelas 11, ia juara pertama dikelasnya. Setelah pulang dari pembagian
rapot ia dan ibunya langsung pergi kemakam bapaknya, setiba disana ia memeluk
batu nisan yang tertuliskan nama bapaknya dan mnecium ujung batu nisan itu dan
berkata “bapa, hari ini pembagian rapotku, bapa Safa naik ke 11, do’akan Safa
pak, Safa yakin Safa bisa, Safa yakin Safa akan menjadi seorang design jaringan
kelak, seandainya bapa ada disamping Safa sekarang mungkin bapa akan memeluk
hangat Safa, seperti yang bapak lakukan saat Safa mendapat hasil ujian nasional
Safa” tak terasa air mata mengalir. Ibu Safa mengajak pulang gadis cantik itu.
*dua tahun kemudian*
Kelas
11 terlewati dan kini Safa sudah dibangku kelas 12 dan seminggu lagi menjelang
ujian nasional SMK. Sebelum ujian tiba seperti biasa Safa mengunjungi makan
bapaknya, ia selalu meminta do’a kepada bapaknya, Safa selalu mendapatkan
semangat dari ibunya. Ujian nasional tiba, saat akan ujian dimulai Safa
teringat pada kata-kata bapaknya dulu “Safa ntar masuk SMK yah ?” dan kini ia
sudah duduk di bangku kelas 12 SMK, ia berkata “bapa Safa bisa, Safa akan
menghadapi ujian nasional, Safa yakin bapa ada dipinggir Safa”
4 hari
ujian nasinalpun berlalu, tingga menunggu hasilnya saja. Akhir-akhir ini
setelah ujian selesai Safa lebih banyak menghabiskan waktu bersama ibunya
dirumah. Dan pada suatu hari telepon rumah berdering “kkkrriiinngggg”, Safa
mengangkat telepon itu dan menjawab “hallo ?”, “hallo apakah ini dengan Siti
Safa ?” Safa menjawab dengan sedikit gugup “iya, iya dengan saya sendiri, maaf
ini dengan siapa ?” ibu Safa menghampiri Safa dan memperhatikan Safa yang
sedang berbicara dengan telepon, dan seketika Safa tersenyum manis dan bahagia,
segera-segara ia menutup telepon itu dan ibu Safa bertanya “siapa sayang ?”
“ibu ibu ibu” Safa memeluk ibunya “ada apa, nak ?”, “ibu aku diterima di sebuah
perusahaan ternama di Jawa Barat untuk mendesign jaringan diperusahaan itu, ibu
aku senang sekali” Safa tak bisa menahan rasa senang itu “oh ya ? Alhamdulliah
Ya Alloh, terima kasih, selamat ya nak, kamu telah diterima, kamu bisa
membuktikan pada alm.bapa kalau kamu bisa, kamu mampu, ibu percaya padamu nak,
ibu bangga mempunyai anak sepertimu” ibu Safa mencium kening Safa. Pada sore
harinya Safa pergi kemakam bapaknya, ia terduduk disamping makam alm.bapaknya
dan berkata “bapa ini Safa, bapa Safa rindu bapa, bapa Safa sudah ujian
nasional, bapa Safa diterima disebuah perusahaan untuk mendesign jaringa, bapa
Safa bisa, bapa Safa harap bapa bisa melihat Safa, mendengar Safa, Safa sangat
bahagia seandainya disini ada bapa” dari wajah yang berseri-seri tiba-tiba
muncul setetes dua tetes air mata dari bola mata gadis itu, sambil terus
memeluk batu nisan itu ia mencium ujunga batu nisan itu
*beberapa bulan
kemudian*
Safa
senang dengan pekerjaannya, menjadi design jaringan, mungkin awalnya bukan
cita-citanya tapi lihatlah, sekarang ia sukses, ia bukan hanya mendesign dalam
satu gedung namun beberapa gedung ternama. Pembagian nilai ujian pun tiba, ia
mendapatkan surat kelulusannya, ia berniat akan membukanya bersama dirumah
dengan ibunya. Ketika tiba dirumah Safa langsung menghampiri ibunya dan berkata
“ibu-ibu ini surat kelulusan Safa, belum Safa buka, buka yu Bu” sambil
tersenyum, amplop surat terbuka sedikit demi sedikit dan ibu membaca isi surat
itu “Safa kamu lulus nak, nilai ujianmu sangat bagus” Safa terkejut dan
langsung memeluk ibunya, tanpa ia sadar ia berkata “bapa Safa lulus, bapa
terima kasih, bapa Safa rindu bapa saat 3 tahun yang lalu saat yang sama
pembagian surat kelulusan” ibu Safa menangis terharu dan menangis senang,
berkata dalam hati “terima kasih Ya Alloh, kaku telah memberikan anak yang baik
pintar, sholehah, kepada kami, mudahkanlah jalannya”
Setelah
kekelusan, ia bekerja sambil melanjutkan ke perguruan tinggi jurusan Design
Jaringan. Ia lulus dari perguruan tingginya. Dan ia memtuskan untuk meneruskan
pekerjaannya sebagai seorang design jaringan. Bahkan ia sudah dikenal di
negara-negara tetangga. Hingga pada suatu hari ia ditugaskan untuk keluar kota,
sebelum ia pergi seperti biasa ia ziarah kemakam bapaknya, dan meminta do’a
restu kepada ibunya. Perjalanan cukup lama. Disana ia akan bergabung dengan
berbagai ahli dalam dunia teknik jaringan. Dan saat ia sampai ia melihat teman
lamanya yaitu Rida, ya, teman satu SMP nya, teman dekatnya. Saat bertemu mereka
langsung saling menatap, Rida berkata “Safa ? Subhanalloh kau cantik sekali”
Safa menjawab “Rida, loh kamu disini juga ?” “iya Fa, Ya Alloh bisa bertemu
lagi” mereka berbincang-bincang, mereka mengenang masa-masa mereka saat dulu
mereka SMP. Mereka semakin dekat, setiap hari mereka selalu bertemu, berbagi
cerita pengalaman mereka masing-masing. Hingga pada saat waktu Tuhan catatkan
mereka diridhoi oleh Tuhan untuk hidup bersama. Ibu Safa, Safa dan Rida
berziarah kemakan bapak Safa, Safa berkata “bapa ini Safa, bapa Safa rindu
bapa, bapa lihatlah Safa, Safa bersama seorang lelaki yang sudah Tuhan
takdirkan untuk menjaga Safa, Safa bahagia, Safa yakin bapa bahagia disana,
bapa jangan khawatirkan ibu, Safa akan mnejaga ibu, seperti janji Safa dulu,
Safa sayang bapa, Safa untuk bapa dan bapa untuk Safa, Safa untuk ibu, ibu
untuk Safa, ibu bapa untuk Safa, dan Safa untuk ibu bapa”
“Sesungguhnya rencana Tuhan lebih indah dari
apa yang kita inginkan, mungkin jika aku
Pergi ke Negri
Lima menara itu, aku tidak akan membahagiakan orang tuaku, terutama
Bapakku, walaupun
beliau sudah tiada. Membuat orang-orang disekitar kita tersenyum
adalah hal yang
sangat indah dan tersenyum dihadapan orang-orang yang kita sayangi
itu pun adalah hal
yang indah. Jangan berhenti untuk berusaha yakin pada diri kita
sendiri bahwa kita
bisa, kita mampu. Dan cinta tidak akan pergi jauh selagi kita
bernafas cinta
akan terus ada, Bandung, 28 Desember 1876, Siti Safa dan Muhammad Rida”